RENCANA kepergian Komisaris Jenderal Susno Duadji ke Singapura yang gagal masih menyisakan teka-teki. Peristiwa tiga pekan lalu itu kembali menjadi pembicaraan, setelah anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Syarifuddin Sudding, mengatakan Susno hendak menemui pimpinan Komisi Hukum Dewan.
Syarifuddin, anggota dari Partai Hati Nurani Rakyat, mengaku memperoleh laporan intelijen. Ia melempar gosip panas ini dalam rapat kerja dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Bambang Hendarso Danuri, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senin pekan lalu.
Menurut dia, Susno ditunggu anggota Komisi Hukum di Singapura pada Senin tiga pekan lalu. Sesaat sebelum boarding, petugas dari Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian menangkapnya di depan toilet Pintu D-1, Terminal II, Bandar Udara Soekarno-Hatta. "Saya hanya meminta klarifikasi laporan intelijen, apakah sudah sampai ke telinga Bapak?" Syarifuddin bertanya.
Dalam rapat itu, Bambang Hendarso tak menjawab pertanyaan Syarifuddin dengan jelas. Ia mengatakan tak perlu menyampaikan informasi rencana kepergian Susno di Singapura itu. Ia hanya memastikan bahwa Susno dan Sjahril Djohan, tokoh yang dituding makelar kasus kelas kakap, berada dalam pengawasan tim independen Markas Besar Kepolisian. Susno dicegah ke Singapura untuk kepentingan penyidikan. "Kalau tidak, prosesnya akan berbeda," kata Bambang.
Seusai rapat, Syarifuddin menolak menyebutkan nama kolega yang dia maksud. Dia mengungkapkan anggota Komisi Hukum itu sudah berada di Singapura sehari sebelum Susno rencananya berangkat. Sumber Tempo mengatakan tudingan Syarifuddin mengarah ke Fachri Hamzah, wakil ketua komisi itu dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.
Pada Senin sore, 12 April lalu, setelah bertemu dengan Satuan Tugas Anti-Mafia Hukum di kompleks Istana Kepresidenan, Susno meluncur ke Hotel Sultan, kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Ia berganti mobil. Sekitar pukul empat, ia telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Masuk Terminal II Pintu D-1, ia menuju ruang tunggu.
Susno sedang menuju toilet di ruang tunggu ketika sejumlah polisi bertopi biru menghadangnya. Mereka petugas dari Divisi Profesi dan Pengamanan Markas Besar Kepolisian. Susno berucap kepada para petugas, "Kok, kamu di sini?" Pemimpin petugas itu menjawab, "Kok, Bapak juga di sini!"
Susno menimpali, "Saya sedang lihat-lihat bandara!" Polisi berseragam bertanya lagi, "Lihat-lihat bandara kok bawa boarding pass?" Mendapat jawaban itu, Susno menghardik polisi berseragam Propam tadi. "Eh, hati-hati ya! Saya bisa menghambat kenaikan pangkatmu!"
Polisi tersebut menjelaskan mendapat tugas untuk menghadirkan Susno ke Markas Besar Kepolisian. Susno berusaha berkelit dan naik ke ruang tunggu. Semua toilet di ruang tunggu keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta berada satu lantai di bawah. Belum sempat Susno melangkah, tiga polisi menghadangnya.
Di Singapura, menurut sumber itu, Susno rencananya akan bertemu Fachri Hamzah dan Sjahril Djohan di sebuah hotel. Di situlah Sjahril menginap. Menurut informasi yang dilaporkan ke para petinggi kepolisian, Susno, Sjahril Djohan, dan Fachri akan menyatukan suara. Di antaranya, membuka "dosa-dosa" Bambang Hendarso.
Jika rencana mulus, menurut sumber itu, Susno akan membawa balik Sjahril Djohan. Pamor Susno pun semakin meningkat. Kepada Sjahril, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal itu berjanji akan berusaha menjadikannya "saksi mahkota". Sebagai peniup peluit yang membongkar kasus korupsi, tudingan kepada Sjahril Djohan sebagai makelar kasus akan segera dihapus.
Kehadiran Fachri untuk memberikan dukungan secara politik. Jika berjalan, popularitas ketiganya bisa meningkat. "Ini bukan sekadar soal Gayus dan Haposan," kata seorang sumber yang dekat dengan Markas Besar Kepolisian.
Namun, bersamaan dengan penangkapan Susno, polisi terus memantau keberadaan Sjahril Djohan. Mantan diplomat ini telah tiba dari Australia di Singapura sejak sehari sebelumnya. Anak-istri Sjahril berada di Perth, Australia. Mereka pemegang status permanent resident negeri itu dan punya rumah di sana.
Polisi bisa menjalin kontak dengan Sjahril di Singapura, yang menyatakan akan tiba di Jakarta, dua hari setelah Susno membuka identitas makelar kasus "Mister X" di Dewan Perwakilan Rakyat. Sjahril lalu berangkat dari Australia pada Sabtu pekan itu dan tiba di Singapura pada Ahad pagi. Ia menginap di sebuah hotel internasional. Polisi yang diberangkatkan ke Singapura mengitarinya: mereka menginap di kamar sebelah kiri, kanan, dan depan tempat Sjahril menginap. "Lewat telepon, Sjahril menyampaikan pengakuan tentang hubungannya dengan Susno," kata sumber Tempo.
Senin pagi polisi mendapat informasi bahwa Susno akan datang menemui Sjahril. Markas Besar Kepolisian segera mengirim anggota tambahan untuk bertemu Sjahril. Pengacara Hotma Sitompul juga menuju negara yang sama. Walhasil, pertemuan rahasia di Negeri Singa itu urung. Sehari setelah Susno ditangkap-meski pada malam yang sama dia diizinkan pulang-Sjahril tiba di Jakarta.
Fachri Hamzah menampik informasi tentang rencana pertemuan dengan Susno. Ia mengatakan sedang berada di Tripoli, Libya, bersama beberapa anggota Dewan ketika Susno ditangkap. Ia mengatakan berangkat sepekan sebelumnya. Menumpang Qatar Airways, Fachri mengaku, perjalanan menuju Tripoli tak melalui Singapura, melainkan Doha, Qatar.
Fachri menyatakan kembali dari Tripoli dua hari setelah penangkapan Susno. "Buktikan kalau saya ke Singapura menunggu Susno," katanya. "Lagi pula, bicara dengan Susno bisa dilakukan di Jakarta, tanpa harus sembunyi-sembunyi ke Singapura."
Susno pun membantah rencana pertemuan dengan Sjahril dan Fachri di Singapura. "Itu isapan jempol belaka," katanya. Ia berkali-kali mengatakan pergi ke Negeri Singa untuk mengecek kesehatannya. Kuasa hukum Sjahril, Hotma Sitompul, juga menyangkal. Ia mengatakan Sjahril di Singapura hanya untuk menunggu kedatangannya.